Selasa, 23 Maret 2010
Pendaki Pramuka meninggal di Gunung McKinley
SEORANG warga negara Indonesia (WNI) tewas dalam misi pendakian Gunung McKinley di Alaska, Amerika Serikat. Korban diketahui bernama Pungkas Tribaruna, mahasiswa Universitas Mercu Buana jurusan Desain Interior.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Media Indonesia dari Kedutaan Besar RI di Washington dan Konsulat Jenderal di San Francisco tadi malam, Pungkas menghembuskan napas terakhir pada pukul 02.00 waktu setempat atau pukul 16.00 WIB kemarin.
"Kepada teman-temannya, dia mengaku pusing. Lalu tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Ketika mereka mencoba membangunkan, dia sudah tiada," tutur Konsul Jenderal RI San Francisco Yudhistiranto Sungadi yang ditugasi Duta Besar (Dubes) RI Sudjadnan Parnohadiningrat untuk menangani kepulangan jenazah.
Menurut Yudhistiranto, Pungkas merupakan anggota rombongan Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka yang mencoba menaklukkan Gunung McKinley.
Keberangkatan mereka ke Alaska pada 13 Juni 2008 lalu merupakan bagian dari ekspedisi pramuka Indonesia.
Ekspedisi itu dilakukan untuk menyambut 100 tahun kepanduan dunia dan 100 tahun kebangkitan nasional. Pemberangkatan tim didukung oleh Kantor Menko Kesra, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional, dan Kwarnas Pramuka.
Tim tersebut terdiri dari sembilan orang. Dalam tim, Pungkas termasuk tiga orang yang mendaki. Sedangkan sisanya menunggu di basecamp Gunung Denali.
Adapun kabar mengenai tewasnya Pungkas, menurut Konjen Yudhistiranto, diperoleh dari warga Indonesia di Alaska yang turut memberi bantuan. Sekadar catatan, ada sekitar 35 hingga 40 orang WNI di Alaska.
Guna mengurus jenazah, Yudhistiranto mengaku telah menugaskan tim yang terdiri dari dua orang ke Anchorage, Alaska. Untuk mencapai lokasi, mereka akan menggunakan pesawat kecil ke Talkeetna, kota berjarak tiga jam penerbangan.
Mereka kemudian akan meneruskan perjalanan menggunakan mobil ke basecamp Gunung Denali yang merupakan kaki Gunung McKinley.
Lantaran jarak antara San Francisco dan tempat kejadian cukup jauh, Yudhistiranto memohon agar keluarga di Jakarta bersabar. Apalagi, prosedur pengurusan jenazah di AS makan waktu beberapa hari.
Namun, jika semua berjalan lancar, jasad pemuda 20 tahun itu akan dikirim langsung ke Taipei untuk selanjutnya diterbangkan ke Jakarta.
Sumber : Media Indonesia
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar